Dia sadar bahwa ada seseorang yang menunjukkan jalan ini. Siapakah? Dia seorang yang makshum, tidak berbicara berdasarkan nafsu, dan tidak mengekor orang-orang yang menyimpang. Seseorang yagn ucapannya adalah hujjah, yang terjaga dari keusilan setan, dan keteledoran manusia.
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutiya bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah
QS. Ar-Ra'd: 11
Dalam penitiannya di atas jalan ini, hamba dimaksud akan mendapatkan kebahagiaan. Dia tahu bahwa dirinya memiliki Ilah, di depannya ada suri teladan, di tangannya ada kitab suci di dalam harinya ada cahaya kebenaran, dan di dalam nuraninya ada pemberi nasehat. Dengan demikian ia menjadi sosok yang berjalan menuju kenikmatan, yang berbuat dalam ketaatan, dan yang berusaha ke arah kebaikan.
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
QS. Al-An'am: 88
Dimanakah yang disebut kegelapan, wahai penunjuk jalan? Di manakah cahaya Allah itu ada dalam kalbuku? Dan inilah yang aku lihat.
Jalan yang dimaksud ada dua: yang indrawi dan yang maknawi. Yang maknawi adalah jalan hidayah dan iman. Sedangkan yang indrawi adalah jalan yang di atas Jahanam. Jalan keimanan adalah jalan yang ada di dunia fana-sarat dengan cakar-cakar pencengkraman berupa syahwat. Sedangkan jalan ukhrawi yang berada di atas Jahanam-penuh 'duri-duri yang sangat tajam'.
Maka barangsiapa mampu melampaui jalan ini dengan keimanannya, dia akan mampu melampaui jala ukhrawi itu sesuai dengan keyakinannya. Dan jika seorang hamba berhasil mendapatkan hidayah jalan yang lurus ini, maka akan lenyap semua kesusahan, kegundahan, dan dukacitanya.
copypaste
Al-Qarni, A. 2006. La Tahzan Jangan bersedih!. Jakarta: Qisthi Press.
No comments:
Post a Comment